Kamis, 10 April 2014

Makalah Walang Sangit



PENDAHULUAN
Kementrian Pertanian dalam beberapa tahun terakhir ini telah mencapai swasebada beras. Untuk mencapai keberhasilan tersebut tidaklah mudah karena adanya beberapa hama yang dapat mengganggu tanaman padi, diantaranya hama serangga Walang Sangit (rice bug) dengan bahasa latinnya Leptocorisa oratorius (Fabricius). Hama ini, bila diganggu akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau yang kurang sedap. Agar tanaman padi tidak terserang oleh hama serangga Walang sangit dapat dilakukan pencegahan di awal atau setelah terserang hama.
Di Indonesia walang sangit merupakan hama potensial yang pada waktu-waktu tertentu menjadi hama penting dan dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50 persen. Diduga bahwa populasi 100.000 ekor per hektar dapat menurunkan hasil sampai 25 persen. Hasil penelitian menunjukkan populasi walang sangit 5 ekor per 9 rumpun padi akan menurunkan hasil 15 persen.
Hubungan antara kepadatan populasi walang sangit dengan penurunan hasil menunjukkan bahwa  serangan satu ekor walang sangit per malai dalam satu minggu dapat menurunkan hasil 27 persen. Kualitas gabah (beras) sangat dipengaruhi serangan walang sangit. Diantaranya menyebabkan meningkatnya Grain dis-coloration. Sehingga serangan walang sangit disamping secara langsung menurunkan hasil, secara tidak langsung juga sangat menurunkan kualitas gabah.
Dalam rangka mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), penyuluh pertanian di langangan perlu dibekali dengan informasi bagaimana cara mengatasi serangan hama walang sangit pada tanaman padi. Seperti kita ketahui bersama, bahwa hama serangga walang sangit ini hampir tidak pernah tidak ada pada setiap musim tanam padi, hanya saja tingkat serangannya yang berbeda-beda. Untuk itu, hama serangga walang sangit ini adalah merupakan salah satu hama yang perlu di waspadai karena bila lalai gabah menjadi hampa.
Walang sangit merupakan hama yang umum ada pada setiap musim tanam padi. Hama ini dapat merusak bulir padi pada fase pemasakan. Mekanisme merusak Walang sangit adalah dengan menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Apabila diganggu, serangga Walang sangit ini akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau kurang sedap. Selain sebagai mekanisme pertahanan diri, bau yang dikeluarkan juga digunakan untuk menarik walang sangit lain dari spesies yang sama. Walang sangit dapat merusak tanaman ketika mencapai fase berbunga sampai matang susu.
Sampai sekarang belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama walang sangit. Berdasarkan cara hidup walang sangit, tanam serempak dalam satu hamparan merupakan cara pengendalian yang sangat dianjurkan. Setelah ada tanaman padi berbunga, walang sangit akan segera pindah dari rumput-rumputan atau tanaman sekitar sawah ke pertanaman padi yang pertama kali berbunga. Sehingga jika pertanaman tidak serempak pertanaman yang berbunga paling awal akan diserang lebih dahulu dan tempat berkembangbiak . Pertanaman yang paling lambat tanam akan mendapatkan serangan yang relatif lebih berat karena walang sangit sudah berkembangbiak pada pertanaman yang berbunga lebih dahulu.
 Dianjurkan beda tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama serangga Walang sangit adalah menyebabkan beras berubah warna dan mengapur, serta gabah menjadi hampa.
Hama ini dapat dikendalikan melalui beberapa langkah, seperti:
-          mengendalikan gulma, baik yang ada di sawah maupun yang ada di sekitar pertanaman
-           meratakan lahan dengan baik dan memupuk tanaman secara merata agar tanaman tumbuh seragam
-           menangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum stadia pembungaan
-           mengumpan walang sangit dengan ikan yang sudah busuk, claging yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam
-          menggunakan insektisida bila diperlukan dan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.
Salah satu akibat serangan hama serangga Walang sangit ini, beras akan mengalami perubahan warna dan mengapur. Dengan demikian pencegahan yang dapat dilakukan setelah tanaman padi terserang hama walang sangit adalah dapat menggunakan beberapa jenis insektisida (bila diperlukan) antara lain, yang berbahan aktif seperti:
-           BPMC dengan nama dagang Bassa, Kiltop, dan Baycard
-           Fipronil dengan nama dagang Regent
-          Metolkarb dengan nama dagang Rexal
-          MIPC dengan nama dagang Mipcin, Mikarb, Dharmacin


TINJAUAN PUSTAKA
Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan usaha pengendalian hama dan penyakit. Hama dan penyakit dikendalikan dengan pendekatan pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT) yang diintegrasikan ke dalam model PTT. Penggunaan pestisida didasarkan pada pemantauan lapang agar dicapai efisiensi yang tinggi dan pencemaran lingkungan dapat diminimalisasi. Komponen pengendalian diterapkan sesuai dengan tahapan budidaya tanaman.
Walang Sangit (Leptocorixa acuta) merupakan hama yang menghisap cairan bulir pada fase masak susu. Kerusakan yang ditimbulkan walang sangit menyebabkan beras berubah warna, mengapur serta hampa. Hal ini dikarenakan walang sangit menghisap cairan dalam bulir padi. Fase tanaman padi yang rentan terserang hama walang sangit adalah saat tanaman padi mulai keluar malai sampai fase masak susu.
Kingdom : Animalia                        
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorixa
Spesies : Acuta
Walang sangit (Leptocorixa acuta) mempunyai daerah sebaran yang sangat luas, hampir di semua negara produsen padi. Daerah penyebaran (Leptocorixa acuta) antara lain Asia Tenggara, Kepulauan Fiji, Australia, Srilangka, India, Jepang, Cina, Pakistan dan Indonesia. Di Indonesia L. Acuta tersebar di daerah Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi.
Tanaman inang
            Walang sangit selain menyerang tanaman padi yang sudah bermalai dapat pula berkembang pada rumput-rumputan seperti Panicium crusgalli L., Paspalum dilatatum Scop., rumput teki (Echinocloa crusgalli dan  Echinocloa colonum).
Bioekologi dan morfologi
            Walang sangit (Leptocorixa acuta)  mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago. Imago berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang. Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 – 30 mm.
Telur
Telur berbentuk seperti cakram berwarna merah coklat gelap dan diletakkan secara berkelompok. Kelompok telur biasanya terdiri dari 10 – 20 butir. Telur-telur tersebut biasanya diletakkan pada permukaan atas daun di dekat ibu tulang daun. Peletakan telur umumnya dilakukan pada saat padi berbunga. Telur akan menetas 5 – 8 hari setelah diletakkan. Perkembangan dari telur sampai imago adalah 25 hari dan satu generasi mencapai 46 hari.

Nimfa
Nimfa berwarna kekuningan, kadang-kadang nimfa tidak terlihat karena warnanya sama dengan warna daun. Stadium nimfa 17 – 27 hari yang terdiri dari 5 instar.
Imago
Imago walang sangit yang hidup pada tanaman padi, bagian ventral abdomennya berwarna coklat kekuning-kuningan dan yang hidup pada rerumputan bagian ventral abdomennya berwarna hijau keputihan. Bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan lainnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris. Aktif menyerang pada pagi dan sore hari, sedangkan di siang hari berlindung di bawah pohon yang lembab dan dingin.
Iklim Mikro
Perkembangan yang baik bagi hama Walang sangit terjadi pada suhu antara 27 – 300C. Perkembangan Walang Sangit telah diketahui Gejala Serangan dan Kerusakan yang ditimbulkanterjadi pada waktu temperatur sedang, curah hujan rendah dan sinar matahari terang. Walang sangit dapat berkembang biak di lahan dataran rendah maupun di dataran tinggi.






PEMBAHASAN
Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan usaha pengendalian hama dan penyakit. Hama dan penyakit dikendalikan dengan pendekatan pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT) yang diintegrasikan ke dalam model PTT. Penggunaan pestisida didasarkan pada pemantauan lapang agar dicapai efisiensi yang tinggi dan pencemaran lingkungan dapat diminimalisasi. Komponen pengendalian diterapkan sesuai dengan tahapan budidaya tanaman.
Pengendalian Hama dan Penyakit  Pra tanam (sebelum tanam)
-          Merencanakan tanam serempak sehamparan minimal 40 ha.
-          Memilih varietas tahan sesuai dengan biotipe dan strain hama dan penyakit, terutama pada musim hujan.
-          Pemberdayaan kelompok tani, minimal kelompok tani sehamparan untuk menerapkan PHT tikus, dimulai dari saat pra tanam.
-          Menyiapkan bahan pengendalian tikus dengan sistem perangkap bubu (SPB) atau sistem perangkap bubu linier (SPBL).
-          Meningkatkan koordinasi antar Petani dan aparat terkait agar sarana produksi untuk tanaman dan pengendalian tikus tersedia tepat waktu.
-          Mengamati lubang tikus, memperkirakan ancaman tikus migran, dan populasi penggerek pada singgang.
-          Sanitasi selektif untuk mengurangi sumber inokulum tungro seperti singgang, eceng dan rumput teki.

Pengendalian Hama dan Penyakit pada Persemaian
-          Memasang pagar plastik dan bubu perangkap tikus.
-          Mengamati ancaman tungro (populasi wereng hijau dan keberadaan penyakit) dan kelompok telur penggerek batang padi.
Pengendalian Hama dan Penyakit  Fase Vegetatif
-          Menerapkan sistem tanam jajar legowo dan pemupukan nitrogen berdasarkan kebutuhan tanaman menggunakan teknologi bagan warna daun (BWD)
-          Melindungi musuh alami, terutama laba-laba dengan mulsa jerami atau membiarkan pematang ditumbuhi rumput yang tidak menjadi inang penyakit (teki), sampai tanaman berumur 1 bulan
-          Memantau perkembangan penyakit hama dan penyakit, terutama hama wereng coklat, penggerek batang, penyakit tungro, dan hawar daun. Apabila populasi telah melebihi ambang ekonomi, hama dan penyakit dikendalikan dengan pestisida yang tepat.
Pengendalian Hama dan Penyakit Fase generatif
-          Memantau perkembangan hama dan penyakit, terutama hama walang sangit dan hawar daun bakteri. Apabila populasi telah melebih ambang ekonomi, hama dan penyakit dikendalikan dengan pestisida anjuran

Pengendalian  Walang  Sangit

Serangan OPT pada produksi padi seringkali menimbulkan kerugian yang cukup besar. Beragam cara telah dilakukan untuk mengendalikan keberadaan OPT di lapangan. Sehingga kehadirannya tidak lagi menimbulkan kerusakan tanaman dan kerugian hasil produksi. Bermacam-macam teknik telah dikembangkan untuk mengendalikan OPT pada tanaman padi. Demikian pula untuk mengendalikan serangan hama walang sangit, telah ditemukan dan dipraktekkan beberapa cara pengendalian yang cukup baik dan effektif mengendalikan keberadaan walang sangit di lapangan. Pemilihan beragam cara yang digunakan untuk mengendalikan walang sangit ini ditujukan untuk menyelamatkan hasil produksi padi atau gabah dari kerusakan akibat serangan walang sangit. Secara langsung diharapkan penerapan cara pengendalian walang sangit dapat mempertahankan jumlah atau kuantitas hasil produksi dan secara tidak langsung diharapkan berbagai cara pengendalian yang diterapkan tesebut dapat mempertahankan kualitas beras tetap baik dan sehat, terhindar dari grain dis-coloration, sehingga beras yang dihasilkan tetap padat berisi, bersih, berwarna putih normal, berbau wangi khas beras dan berasa pahit. Tujuan akhirnya adalah harga beras tidak jatuh dan kerugian petani secara ekonomis ditekan.
Berikut ini terdapat beberapa cara pengendalian yang dapat diterapkan dan telah terbukti mampu mengendalikan walang sangit di lapangan, antara lain :
 Pengendalian dengan sanitasi lingkungan
Walang sangit mempunyai inang yang cukup banyak berupa tanaman rumput-rumputan. Untuk itu pada lahan-lahan pertanaman padi dan sekitarnya dari sebelum musim tanam sampai selesai panen harus dilakukan pembersihan terhadap tanaman rumput-rumputan, sehingga tidak ada tanaman inang alternatif yang dapat digunakan untuk bertahan hidup sebelum menyerang tanaman padi.  Pengendalian secara kultur teknik
Pengendalian ini dilaksanakan dengan mengatur pola tanam padi. Untuk mengendalikan keberadaan walang sangit di lapangan, hendaknya dilakukan penanaman padi secara serentak pada hamparan yang luas. Pada saat padi menjelang musim berbunga, walang sangit akan datang dan berkembang biak satu generasi sebelum pertanaman padi tersebut dipanen.
Banyaknya generasi walang sangit dalam satu hamparan pertanaman padi tergantung pada selisih waktu tanam pada hamparan tersebut. Semakin serempak penanaman padi dilakukan semakin sedikit jumlah generasi walang sangit pada hamparan tersebut, dengan demikian selisih waktu tanam dalam satu hamparan tidak boleh lebih dari 2,5 bulan. Selain itu dapat pula diberikan tanaman perangkap, berupa tanaman padi yang ditanam dalam pot-pot, yang ditanam beberapa hari sebelum penanaman padi di hamparan yang luas. Tanaman perangkap tersebut akan lebih dulu memasuki masa berbunga dan pengisian bulir padi/gabah (periode masak susu), sehingga walang sangit akan lebih dulu berkunjung dan menyerang tanaman padi dalam pot tersebut, untuk selanjutnya akan lebih mudah menangkap dan mengendalikan walang sangit pada tanaman tersebut.
Pengendalian secara biologi
Belum banyak diteliti dan dilaporkan bahan-bahan biologi yang sudah dikembangkan effektif dan effisien dalam mengendalikan walang sangit. Namun demikian, untuk mengurangi intensitas serangan walang sangit dapat digunakan Beauviria sp dan metharizum sp, yang menyerang walang sangit pada stadia nimfa dan dewasa.
Pengendalian berdasarkan perilaku serangga
Walang sangit tertarik pada bau-bauan yang dikandung tanaman lycopodium sp dan Ceratobium sp. Walang sangit juga tertarik pada bau busuk bangkai terutama bau busuk dari bangkai kepiting/ketam dan keongmas/siput murbey. Ketertarikan ini dapat di gunakan sebagai dasar tindakan pengendalian terhadap walang sangit.
Pengendalian walang sangit dengan menggunakan perilaku ketertarikannya terhadap bau-bauan tertentu ini dapat dilakukan dengan modifikasi perangkap, artinya dibuat satu alat perangkap khusus seperti botol plastik bekas wadah minuman air mineral yang dilubangi sebagai tempat masuknya walang sangit, diberi umpan berupa berupa bangkai ketam/kepiting atau keong mas yang diikat menggantung di dalam botol dan di bawahnya di berikan larutan sir sabun. Selanjutnya diikat pada tiang bambu dengan jarak 3-5m. semakin banyak perangkap botol ini dipasang akan semakin banyak walang sangit yang ditangkap.
 Perangkap ini dipasang ketika pertanaman pada padi memasuki periode masak susu. Dengan cara ini diharapkan walang sangit akan tertarik pada bau busuk bangkai yang dipasang, untuk selanjutnya masuk kedalam botol, terperangkap didalamnya dan jatuh mati di larutan air sabun yang ada di bawah bangkai. Pengendalian dengan cara ini cukup efektif dan murah/effisien.
Pengendalian dengan bahan tanaman yang menghasilkan bau penolak Walang sangit     
Bahan tanaman yang dapat digunakan adalah tumbuhan liar ribu-ribu yang diambil daunnya dan di tebarkan pada lahan petanaman padi menjelang periode masak susu. Daun ribu-ribu di tebarkan merata dan terendam air akan mengeluarkan bau yang itidak disenangi oleh walang sangit , sehingga walang sangit akan perdi dari lahan pertanian padi.
Pengendalian dengan bahan kimia (pestisida)
Pengendalian dengan bahan kimia (pestisida), pengendalian walang sangit dengan bahan kimia (pestisida) ini dapat dilakukan apabila keberdaan populasi hama sudah sampai pada ambang pengendalian yaitu 6 ekor walang sangit /m2. Pestisida yang di gunakan harus yan terdaftar dan di ijinkan untuk pertanaman padi, di aplikasikan pada saat periode masak susu dan tetap mengacu pada 6 tepat penggunaan pestisida (tepat jenis, dosis/konsentrasi, sasaran, waktu, tempat dan cara aplikasinya).
Dengan mengendalikan keberadaan walang sangit sejak dini, sejak pertanaman padi memasuki periode masak susu, maka produksi gabah akan dapat diselamatkan kuantitas dan kualitasnya. Pertanaman padi yang bebas dari serangan walang sangit akan menghasilkan produksi gabah yang bermutu baik dan produktifitas yang optimal. Dengan pengendalian yang optimal terhadap walang sangit akan dihasilkan beras yang baik, dengan ukuran dan beras bernas, berwarna putih normal, beraroma wangi khas beras dan berasa enak/tidak pahit.









KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu :
1.    Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen.
2.    Walang Sangit (Leptocorixa acuta) merupakan hama yang menghisap cairan bulir pada fase masak susu.
3.    Pengendalian hama walang sangit pada tanaman padi dapat dilakukan dengan cara Pengendalian dengan sanitasi lingkungan, pengendalian secara kultur teknik, pengendalian secara biologi, pengendalian berdasarkan perilaku serangga, pengendalian dengan bahan tanaman yang menghasilkan bau penolak Walang sangit dan pengendalian dengan bahan kimia (pestisida).
Saran
            Dalam melakukan pengendalian terhadap hama walang sangit pada tanaman padi, sebaiknya kita harus mengetahui bagian apa yang diserang dan  seberapa parah serangan yang ada agar kita dapat menentukan cara pengendalian apa yang sesuai dengan jenis serangan tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2011. Pengenalan Gejala Kerusakan Tanaman. http://hutanku-hutanku.blogspot.com/pengenalan-kerusakan-tanaman.html. Diakses pada 05 september 2013.
Anonim2. 2003. Pengendalian hama tanaman. http://www.sinartani.com/mimbar-penyuluh/teknolohi-pengendalian-hama.html. Diakses pada tanggal 05 september 2013.
















LAMPIRAN
                                          

       
           
               
           




PENGELOLAAN HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa oratorius) PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)













Oleh
DEWI PURNIKA
E1A212035










PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2013


KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai tugas dari mata kuliah Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tanaman di Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengasuh mata kuliah  Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tanaman yang telah memberikan bimbingan dalam perkuliahan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kitas semua, khususnya dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai Pengeloaan Terpadu Hama dan Penyakit Tanaman dan penerapannya.








Banjarbaru, 07 september 2013



DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………………....             i
DAFTAR ISI.......................................................................................................             ii
PENDAHULUAN..............................................................................................             1
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................             4
PEMBAHASAN.................................................................................................             7
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................             13
          Kesimpulan.................................................................................................             13
          Saran...........................................................................................................             13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




Tidak ada komentar:

Posting Komentar